BAB I
PEMBAHASAN KASUS
A.
SKENARIO
Seorang
anak laki-laki berusia 8 tahun baru saja dirawat di Bangsal Anak RS. Hasil
anamnesis,orang tua anak mengatakan bahwa ia menderita demam khususnya sore dan
malam hari sejak 7 hari yang lalu, anak hanya makan sedikit,dalam 3 hari ini
tiap makan hanya habis 3 sendok, tetapi mainumnya seperti biasa. Kalau anak
beraktivitas turun dari tempat tidur,anak menjadi demam. Keluarga mengatakan
bahwa anaknya baru sekali ini dirawat di RS. Orang tua mengatakan bahwa mereka
pasrah menerima hospitalisasi anaknya dan menganggapnya sebagai takdir tuhan.
Dari
anamnesa kepada anak: anak mengeluh pusing, lemas dan mual. Sudah 4 hari tidak
buang air besar. Anak mengeluh nyeri pada perut.
Dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum : Sadar penuh (compos mentis),
anak lemah, lidahnya kotor. Hasil pemeriksaan fisik lain menunjukan BB=20kg, TB
= 120 cm. Suhu = 39oC. Nadi = 98 kali/menit, respirasi = 24
kali/menit. Tekanan darah = 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segera , membran
mukosa lemba. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : Haemoglobin:
12,2gr/dl, Haematokrit: 37%,trombosit:210.00 / mm3, Leukosit 9500/ul, Salmonela typhi O = 1/160,
Salmonela typhi H = 1/80, Salomonela paratyphi = 1/180.
Diagnosis
medis Demam Typhoid. Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : injeksi
intravena Kemicetin 4 X 400mg,cairan intravena KaEn 3A 1500 ml/24 jam.
B.
KATA
KUNCI
1. Kemicetine
IV : obat yg digunakan utk mengobati infeksi berat penyakit typhus serta
peradangan selaput otak.
2. -Salmonella
typhi O : Uji widal utk mendeteksi bakteri salmonella yg menyebabkan penyakit
typhoid, menggunakan antigen O somatik & utk memperlihatkan reaksi
antibodi.
-Salmonella
typhi H : Menggunakan antigen H flagella.
-Salmonella Paratyphi : Infeksi bakteri
salmonella yg menyebabkan peradangan usus dan demam paratyphoid.
3. IV
KaEn 3A : Untuk menyalurkan dan memelihara keseimbangan air & elektrolit pd
keadaan dimana asupan makanan tdk cukup. Mengandung kalium 10 mEq/l.
4. Demam
typhoid : penyakit yg terjadi akibat mengkonsumsi makanan yg terkontaminasi
oleh infeksi bakteri salmonella typhi.
C.
PERTANYAAN
PRINSIP DAN JAWABAN PERTANYAAN
1. Kenapa
pd kasus typhus kebanyakan demam meningkat pd malam hari ?
a. Jawab
: Demam meningkat pd malam hari krn pd malam hari metabolisme tubuh menurun.
2. Apa
yg menyebabkan anak menjadi demam ketika beraktivitas/turun dr tempat tidur?
a. Jawab
: Krn pd saat beraktivitas menyebabkan berkurangnya energi shg pasien terasa
lelah.
3. Apa
hubungan demam typhoid menyebabkan anak tidak bisa buang air besar?
a. Jawab
: Bakteri salmonella
4. Apa
yg menyebabkan lidah anak mjd kotor sedangkan anak jarang makan?
a. Jawab
: Krn anak tidak nafsu makan & muntah shg meninggalkan kotoran dimulut,
infeksi bakteri salmonella.
5. Apa
penyebab anak mjd pusing, lemas, mual dan nyeri pd perut?
a. Jawab
: Krn menyerang limpa menyebabkan peradangan usus shg nyeri pd perut dan mual.
6. Tindakan
perawat untuk memotivasi keluarga pasien yg pasrah?
a. Jawab
: Memotivasi keluarga bahwa masih ada cara penyembuhan, yakin bahwa anak tsb
akan sembuh, memberikan edukasi tentang penyakit anak, memberikan pengertian pd
keluarga bahwa hospitalisasi tdk menghambat hub.orangtua & anak, orangtua
harus memberikan dukungan pd anak.
7. Komplikasi
demam typhoid?
a. Jawab
: perdarahan, perforasi/lubang pd usus, peritonitis/infeksi selaput rongga
perut, tifoid toksik, gangguan mental hebat/penurunan kesadaran, pneumonia,
syok septic, kejang.
8. Tanda
gejala lain dr demam typhoid?
a. Jawab
: perut bengkak, ruam pd tubuh, nyeri otot, batuk kering, berkeringat, sakit
kepala, gangguan kesadaran, gangguan saluran pencernaan, pembesaran hati &
limpa, BAB berdarah, diare, kembung, muntah, pegal-pegal, demam tinggi.
9. Penatalaksanaan
demam typhoid?
a. Jawab
: Memberikan diet tinggi serat, tirah baring, hygine diperhatikan terutama
mulut, frekuensi makan sedikit tapi sering, makanan lunak.
10. Bagaimana
penularan bakteri salmonella?
a. Jawab
: Air yg sudah terkontaminasi bakteri, alat yg terkontaminasi bakteri
salmonella, tidak mencuci tangan, tinja & urin.
D. TUJUAN BELAJAR/ LO
Demam
Typhoid :
1.
Untuk mengetahui Definisi
2.
Untuk mengetahui Etiologi
3.
Untuk mengetahui Patofisiologi
4.
Untuk mengetahui Manifestasi klinis
5.
Untuk mengetahui Penatalaksanaan medis
& non medis
6.
Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang
7.
Untuk mengetahui Pengobatan
8.
Untuk mengetahui Komplikasi
9.
Pathways
10.
Asuhan Keperawatan
E. INFORMASI TAMBAHAN
PATHWAYS
DEMAM TYPHOID

BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A. DEFINISI DEMAM TYPHOID
Demam typhoid adalah suatu penyakit
infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam
penyakit menular (Cahyono,2010). Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut
pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhi (Muttaqin, A & Kumala, S. 2011).
Demam typhoid atau Typhoid Fever
ialah suatu sindrom sistemik terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam
typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis.Jenis lain dari demam
enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.
Hirschfeldii (semula S. paratyphi C).
Demam Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang
lain (Widagdo, 2011).
B.
EPIDEMIOLOGI DEMAM TYPHOID
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang
dijumpai di seluruh dunia, secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama
di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis
dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemis
(Putra A., 2012).
Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5%).
Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah endemis berkisar antara 45 per
100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Tahun
2003 insidens rate demam tifoid di Bangladesh 2.000 per 100.000 penduduk per
tahun. Insidens rate demam tifoid di negara Eropa 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk dan di Asia 274 per 100.00
penduduk (crum,2004). Indisens rate di Indonesia masih
tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000 – 1.500.000
penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR
sebesar 10%.
C. ETIOLOGI
DEMAM TYPHOID
Menurut Widagdo (2011), penyebab dari demam typhoid adalah salmonella typhi, termasuk dalamgenus salmonella yang tergolong dalam famili enterobacteriaceae. Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora,
tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/ minggu pada
suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja.
Salmonela mati pada suhu 54.4º C dalam 1 jam,
atau 60º C dalam 15 menit. Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah
komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen
H (flagelum) adalah protein yang
labil terhadap panas. Pada S. typhi,
juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat anti gen Vi
yaitu poli sakarida kapsul.
Menurut Sodikin (2011), penyebab penyakit demamtyphoid adalah jenis salmonella thyposha, kuman ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Hasil gram negatif yang bergerarak
dengan bulu getar dan tidak berspora.
2.
yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flagella),
dan antigen Vi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoriun pasien, biasanya
terdapat zat anti (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,
tidak membentuk spora, motil,berkapsul dan mempunyai flagela (bergerak dengan
rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas
seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan
pemanasan (suhu 600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan
dan khlorinisasi (Rahayu E., 2013).
Manusia terinfeksi Salmonella typhi secara fekal-oral. Tidak selalu Salmonella typhi yang masuk ke saluran
cerna akan menyebabkan infeksi karena untuk menimbulkan infeksi, Salmonella typhi harus dapat mencapai
usus halus. Sekitar
3-5 persen orang menjadi pembawa bakteri setelah terinfeksi. Sedangkan orang
lain yang terinfeksi mampu menderita penyakit yang sangat ringan bahkan tidak
tampak sakit. Orang-orang ini dapat menjadi operator bakteri jangka panjang
(penular bakteri) meskipun mereka tidak memiliki gejala dan menjadi sumber
wabah baru demam tifoid selama bertahun-tahun. Orang yang terinfeksi penyakit akut dapat mencemari pasokan air di
sekitarnya.
D. PATOFISIOLOGI DEMAM TYPHOID
Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di
telan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang
ada di dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella
typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi kejarinagn
limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan limfoid mesenterika.Kemudian salmonella typhi masuk melalui folikel
limfa ke saluran limphatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi
bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES)
yaitu : hati, limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di
dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa (Curtis,
2006 dalam Muttaqin & Sari, 2011).
Pada akhir minggu pertama infeksi,
terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon
sesuai dengan ukuran plakpeyer yang ada disana.Kebanyakan tukaknya dangkal,
tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan.Perforasi terjadi pada
tukak yang menembus serosa.Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik
tanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis (Brusch, 2009 dalam Muttaqin
& Sari, 2011).
Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada
minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu
akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang
terjadi pada masa ini di sebut demam
interminten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunnya dapat mencapai
normal). Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai
akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dpat
pula terjadi sebalinya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian
masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat
tinggi dan tanda-tanda infeksi pada ERS seperti nyeri perut kanan atas,
splenomegali, dan hepatomegali (Chaterjee, 2009 dalam Muttaqin & Sari, 2011).
Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai
usus halus, Salmonella typhi akan
ditangkap oleh makrofag di usus halus dan memasuki peredaran darah, menimbulkan
bakteremia primer. Selanjutnya, Salmonella
typhi akan mengikuti aliran darah hingga sampai di kandung empedu. Bersama dengan
sekresi empedu ke dalam saluran cerna, Salmonella
typhi kembali memasuki saluran cerna dan akan menginfeksi Peyer’s patches, yaitu jaringan limfoid
yang terdapat di ileum, kemudian kembali memasuki peredaran darah, menimbulkan
bakteremia sekunder. Pada saat terjadi bakteremia sekunder, dapat ditemukan
gejala-gejala klinis dari demam tifoid (Salyers dan Whitt,2002)
E.
TANDA DAN GEJALA
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini
ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut lain yaitu
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan
fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat
perlahan – lahan terutama pada sore hari hingga malam hari. (Perhimpunan Dokter
Spesial Penyakit dalam Indonesia, 2014)
Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan
gejala prodromal ( gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas )
yaitu:
1.
Perasaan tidak enak badan
2.
Nyeri
kepala
3.
Pusing
4.
Diare
5.
Anoreksia
6.
Batuk
7.
Nyeri
otot
8.
Muncul gejala klinis yang lain
Demam berlangsung 3 minggu. Minggu
pertama: demam ritmen, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan
malam hari. Minggu kedua : demam terus. Minggu ketiga : demam mulai turun
secara berangsur-angsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaituditutupi selaput kecoklatan kotor,
ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa membesar yang
nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu apatis-samnolen.
Gejala lain ”RESEOLA” ( bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit ) ( Kapita selekta, kedokteran, jilid 2 ).
F.
KOMPLIKASI
Menurut Sudoyo (2010), komplikasi demam tifoid dapat dibagi
atas dua bagian, yaitu:
1. Komplikasi Intestinal
a.
Perdarahan Usus
Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami
perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat
terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat
bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.
b.
Perforasi Usus
Terjadi
pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada minggu ketiga
namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam tifoid dengan
perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan
bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya adalah
nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.
2. Komplikasi Ekstraintestinal
a.
Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan
sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b.
Komplikasi darah: anemia hemolitik,
trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
c.
Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis.
d.
Komplikasi hepar dan kandung kemih:
hepatitis dan kolelitiasis.
e.
Komplikasi ginjal: glomerulonefritis,
pielonefritis, dan perinefritis.
f.
Komplikasi tulang: osteomielitis,
periostitis, spondilitis, dan artritis.
g.
Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.
G.
PENATALAKSANAAN
1.
Tirah baring atau bed rest.
2.
Diit lunak atau diit padat rendah selulosa
(pantang sayur dan buahan),
kecuali komplikasi pada intestinal.
3. Obat-obat :
a.
Antimikroba :
·
Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
·
Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
·
Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral
(1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama
iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
·
Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB
sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba
diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
b.
Antipiretik seperlunya
c.
Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah
7 hari bebas demam.
H.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Laboratorium.
a. Pemeriksaan Leukosit.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi dalam batas
normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi
atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT.
Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali
normal setelah sembuh dari demam typhoid.
c. Tes Widal.
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
anti bodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat
dalam serum pasien demam typhoid,
juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap
demam typhoid.
Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka
menderita demam typhoid.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM THYPOID
A. Pengkajian
Identitas klien
Nama : An.X
Umur :
8 tahun
Pekerjaan :
-
Alamat : Gamping
2) Keluhan
utama :
Demam
sejak 7 hari yang lalu khususnya sore dan malam hari.
3) Riwayat
penyakit sekarang :
Anak
pusing,lemas dan mual. Sudah 4 hari tidak bisa buang air besar. Anak mengeluh
nyeri pada perut
4) Riwayat
penyakit dahulu : -
5) Riwayat
penyakit keluarga : -
6) Pola-pola
fungsi kesehatan
a) Pola
nutrisi dan metabolisme
Klien
mengalami penurunan nafsu makan karena mual saat makan sehingga
makan hanya sedikit (3 sendok perhari)
b) Pola
eliminasi
Klien
mengalami konstipasi,karena sudah 4 hari tidak buang air besar serta merasakan
nyeri pada bagian perut.
c) Pola
aktivitas dan latihan
Aktivitas klien
terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi
maka segala kebutuhan klien dibantu. Klien juga mengatakan bahwa jika
beraktivitas turun dari tempat tidur anak akan menjadi demam.
d) Pola
tidur dan istirahat
Pola tidur dan
istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e) Pola
persepsi dan konsep diri
Keluarga pasrah
menerima hospitalisasi anaknya dan menganggapnya sebagai takdir Tuhan.
f) Pola
sensori dan kognitif
Pada
penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak
mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.
g) Pola
hubungan dan peran
Hubungan dengan orang
lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed
rest total.
h) Pola
penanggulangan stress : -
7) Pemeriksaan
fisik
a) Keadaan
umum
BB = 20 kg, TB = 120
cm, TTV : suhu = 39oc , Nadi = 98x/menit , tekanan darah = 110/70
mmHg
b) Tingkat
kesadaran
Sadar penuh
(compos mentis)
c) Sistem
respirasi
Respirasi = 24x/menit
(Normal)
d) Sistem
kardiovaskuler
Haemohlobin,Haematokrit
trombosit dan leukosit dalam batas
normal
e) Sistem
integumen
Turgor kulit kembali
segera.
f) Sistem
gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah,
mukosa mulut lembab, lidah kotor (khas), mual, anoreksia, dan konstipasi, nyeri
perut, perut terasa tidak enak.
h) Sistem
abdomen
Saat palpasi didapatkan
limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada
abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltik usus meningkat.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
2. Nyeri akut
berhubungan dengan saluran gastrointestinal.
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak
adekuat.
4. Kontipasi
berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
mencukupi.
5. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
C.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
D. FORMAT ANALISA DATA
Ds
: - Anak mengatakan nyeri pada perut.
-
Anak sudah 4 hari tidak buang air besar
Ds
: - Sadar penuh ( compos mentis)
-
Anak tampak lemah
|
Ds
: - Orang tua anak mengatakan anak hanya makan sedikit dalam 3 hari ini tiap
makan hanya habis 3 sendok
-
Anak mengeluh pusing, lemas dan mual
Ds
: - Sadar penuh
-
Lidah kotor
-
Anak tampak lemah
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Intake
yang tidak adekuat
|
Ds
: - Orang tua anak mengatakan anak menderita demam sejak 7 hari yang lalu,
khususnya sore dan malam hari
-
Jika beraktivitas turun dari tempat tidur, anak menjadi demam.
Do
: - Suhu : 39oC
-
Haemoglobin : 12,2 gr/dl
-
Leukosit : 9500/ui
-Salmonella
typhi O = 1/160
-Salmonella
typhi H = 1/80
Salomenlla
paratyphi = 1/80
|
E. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nyeri
akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, pasien mencapai kontrol nyeri
dengan indikator :
-
mengurangi nyeri 1 menjadi 3
-
mengenali kapan terjadi nyeri 1 menjadi 3
-menggunakan
tindakan pencegahan 1 menjadi 2
-
menggunakan tindakan pengurangan tanpa analgesik 1 menjadi 3
-menggunakan
analgesik yang di rekomendasikan 1 menjadi 2
|
Aktivitas-
aktivitas (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang
meliputi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi kualitas , intensitas atau
beratnya nyeri
-
Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya : farmakologi, non
formakologi dan interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai
dengan kebutuhan
-
Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
-
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
-
Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat
-
Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri
|
Untuk
mengurangi rasa nyeri serta memberikan kenyamanan
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawtan selama 3x24 jam pasien mencapai status nutrisi
dengan indikator :
-
Asupan nutrisi via oral 2 menjadi 4
-
Energi 2 menjadi 4
-
Asupan karbohidrat,protein kalori dan vitamin 2 menjadi 4
|
Aktivitas-Aktivitas
(1100) – Tentukan status gizi pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
-Tentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
-
Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan
yang lebih sehat
-
Monitor asupan makanan dan kalori
-Bantu
pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok
|
Untuk
membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien agar seimbang
|
Hipertermi
berhubungan dengan penyakit
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pasien mencapai masalah
Hipertermi dengan indikator :
-
Penurunan suhu 2 menjadi 4
-
Penurunan suhu kulit 2 menjadi 4
-
Melaporkan kenyamanan suhu 2 menjadi 4
|
Aktivitas-aktivitas
(3900,
-
Monitor suhu paling tidak 2 jam sekali, sesuai kebutuhan
-
Monitor dan laporkan adanya gejala hipertermi
-
Monitor asupan dan keluaran , sadari perubahan kehilangan yang tak dirasakan
-
Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas
|
Untuk
memberikan kenyamana dan pencegahan saat terjadi demam kembali
|
F.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nyeri
akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal
|
Selasa,8
Mei 2018
Pukul
08.30 WIB
Pukul
9.30 WIB
Pukul
11.00 WIB
Pukul
13.00 WIB
Pukul
13.00 WIB
Pukul
15.00 WIB
|
- Melakukan pengkajian nyeri komperhensif
yang meliputi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi kualitas , intensitas
atau beratnya nyeri
-
Memilih dan Mengimplementasikan tindakan yang beragam (misalnya :
farmakologi, non formakologi dan interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan
nyeri, sesuai dengan kebutuhan
-
Mengurangi atau mengeliminasi faktor-faktor yang dapat yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri
-
Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
-
Menggunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat
-
Mendorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri
|
S : Pasien mengatakan nyeri
pada perut dan sudah tidak BAB selama 4 hari
O : Anak tampak lemah dan
kesadaran compos mentis
A : Masalah keperawatan Nyeri
akut teratasi sebagian
P : Akan dilakukan pengkajian
kembali terkait rasa nyeri yang dirasakan selama 2x24 jam kedepan
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Selasa,
8 Mei 2018
Pukul
08.30 WIB
Pukul 9.30
WIB
Pukul
11.00 WIB
Pukul
13.00 WIB
|
–
Menentukan status gizi pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
-Menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
-
Memberikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan
yang lebih sehat
-
Memonitor asupan makanan dan kalori
-Membantu
pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok
|
S : Orang tua mengatakan anak hanya makan sedikit dalam 3
hari ini tiap makan hanya habis 3 sendok
O : Sadar penuh dan
anak tampak lemah
A : Masalah
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi sebagian
P : Akan dilakukan
monitor terkait status gizi dan intake nutrisi kepada pasien
|
Hipertermi
berhubungsn dengan penyakit
|
Selasa,
8 Mei 2018
Pukul 08.30 WIB
Pukul 09.30 WIB
Pukul
13.00 WIB
|
-
Memonitor suhu paling tidak 2 jam sekali, sesuai kebutuhan
-
Memonitor dan laporkan adanya gejala hipertermi
-
Memonitor asupan dan keluaran , sadari perubahan kehilangan yang tak
dirasakan
-
Memfasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas
|
S : Orang
tua anak mengatakan anak menderita demam sejak 7 hari yang lalu, khususnya
sore dan malam hari
O : Suhu tubuh 39oC
A : Masalah keperawatan
Hipertermi teratasi sebagian
P : Akan dilakukan monitor suhu
selama 2x24 jam kedepan
|
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demam typhoid atau sering disebut
dengan tifus abdominalis adalah penyakit
infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhi (Muttaqin, A & Kumala, S. 2011). Menurut Widagdo (2011),
penyebab dari demam typhoid adalah salmonella typhi, termasuk dalamgenus
salmonella yang tergolong dalam famili enterobacteriaceae.
Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak
berkapsul, gram (-). Kuman salmonella
typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di telan oleh sel-sel
fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam
laminaprophia. Sebagian dari salmonella
typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi kejarinagn
limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Masuknya kuman
kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu
tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun
menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini di sebut demam interminten (suhu yang tinggi,
naik turun, dan turunnya dapat mencapai normal).
B. SARAN
Penatalaksanaan pada pasien dengan
demam thypoid ini harus dilakukan dengan semaksimal mungkin agar tidak terjadi
komplikasi yang berlanjut seperti perdarahan usus dan perforasi usus yang dapat
menyebabkan kegawatan pada pasien. Asuhan keperawatannya juga harus sesuai
dengan kondisi kegentingan yang ada pada pasien tersebut, yaitu prioritas
diagnosa yang ditegakan harus sesuai dengan apa yang harus di prioritaskan.
Pasien dengan demam thypoid ini memiliki tingkat anoreksia yang tinggi sehingga
menyebabkan intake asupan nutrisi kepada pasien akan berkurang kemudian akan menjadi
ketidakseimbangan nutrisi pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
-. (2016, - -). resipatory umy.
Retrieved mei 10, 2018, from resipatory.umy.ac.id: http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15544/6.BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
hidayat, I. n. (2016, - -). ump
website. Retrieved mei 10, 2018, from resipatory.ump.ac.id:
http://repository.ump.ac.id/1088/3/ISNAENI%20NURUL%20HIDAYATI%20BAB%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar