Sabtu, 02 Juni 2018

ASKEP PADA ANAK DENGAN DEMAM THYPOID Oleh : MUKHRODIN

BAB I

PEMBAHASAN KASUS

A.    SKENARIO

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun baru saja dirawat di Bangsal Anak RS. Hasil anamnesis,orang tua anak mengatakan bahwa ia menderita demam khususnya sore dan malam hari sejak 7 hari yang lalu, anak hanya makan sedikit,dalam 3 hari ini tiap makan hanya habis 3 sendok, tetapi mainumnya seperti biasa. Kalau anak beraktivitas turun dari tempat tidur,anak menjadi demam. Keluarga mengatakan bahwa anaknya baru sekali ini dirawat di RS. Orang tua mengatakan bahwa mereka pasrah menerima hospitalisasi anaknya dan menganggapnya sebagai takdir tuhan.

Dari anamnesa kepada anak: anak mengeluh pusing, lemas dan mual. Sudah 4 hari tidak buang air besar. Anak mengeluh nyeri pada perut.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum : Sadar penuh (compos mentis), anak lemah, lidahnya kotor. Hasil pemeriksaan fisik lain menunjukan BB=20kg, TB = 120 cm. Suhu = 39oC. Nadi = 98 kali/menit, respirasi = 24 kali/menit. Tekanan darah = 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segera , membran mukosa lemba. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : Haemoglobin: 12,2gr/dl, Haematokrit: 37%,trombosit:210.00 / mm3,  Leukosit 9500/ul, Salmonela typhi O = 1/160, Salmonela typhi H = 1/80, Salomonela paratyphi = 1/180.

Diagnosis medis Demam Typhoid. Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : injeksi intravena Kemicetin 4 X 400mg,cairan intravena KaEn 3A 1500 ml/24 jam.

B.     KATA KUNCI

1.      Kemicetine IV : obat yg digunakan utk mengobati infeksi berat penyakit typhus serta peradangan selaput otak.

2.      -Salmonella typhi O : Uji widal utk mendeteksi bakteri salmonella yg menyebabkan penyakit typhoid, menggunakan antigen O somatik & utk memperlihatkan reaksi antibodi.

-Salmonella typhi H : Menggunakan antigen H flagella.

-Salmonella Paratyphi : Infeksi bakteri salmonella yg menyebabkan peradangan usus dan demam paratyphoid.

3.      IV KaEn 3A : Untuk menyalurkan dan memelihara keseimbangan air & elektrolit pd keadaan dimana asupan makanan tdk cukup. Mengandung kalium 10 mEq/l.

4.      Demam typhoid : penyakit yg terjadi akibat mengkonsumsi makanan yg terkontaminasi oleh infeksi bakteri salmonella typhi.

 

C.    PERTANYAAN PRINSIP DAN JAWABAN PERTANYAAN

1.      Kenapa pd kasus typhus kebanyakan demam meningkat pd malam hari ?

a.       Jawab : Demam meningkat pd malam hari krn pd malam hari metabolisme tubuh menurun.

2.      Apa yg menyebabkan anak menjadi demam ketika beraktivitas/turun dr tempat tidur?

a.       Jawab : Krn pd saat beraktivitas menyebabkan berkurangnya energi shg pasien terasa lelah.

3.      Apa hubungan demam typhoid menyebabkan anak tidak bisa buang air besar?

a.       Jawab : Bakteri salmonella

4.      Apa yg menyebabkan lidah anak mjd kotor sedangkan anak jarang makan?

a.       Jawab : Krn anak tidak nafsu makan & muntah shg meninggalkan kotoran dimulut, infeksi bakteri salmonella.

5.      Apa penyebab anak mjd pusing, lemas, mual dan nyeri pd perut?

a.       Jawab : Krn menyerang limpa menyebabkan peradangan usus shg nyeri pd perut dan mual.

6.      Tindakan perawat untuk memotivasi keluarga pasien yg pasrah?

a.       Jawab : Memotivasi keluarga bahwa masih ada cara penyembuhan, yakin bahwa anak tsb akan sembuh, memberikan edukasi tentang penyakit anak, memberikan pengertian pd keluarga bahwa hospitalisasi tdk menghambat hub.orangtua & anak, orangtua harus memberikan dukungan pd anak.

7.      Komplikasi demam typhoid?

a.       Jawab : perdarahan, perforasi/lubang pd usus, peritonitis/infeksi selaput rongga perut, tifoid toksik, gangguan mental hebat/penurunan kesadaran, pneumonia, syok septic, kejang.

8.      Tanda gejala lain dr demam typhoid?

a.       Jawab : perut bengkak, ruam pd tubuh, nyeri otot, batuk kering, berkeringat, sakit kepala, gangguan kesadaran, gangguan saluran pencernaan, pembesaran hati & limpa, BAB berdarah, diare, kembung, muntah, pegal-pegal, demam tinggi.

9.      Penatalaksanaan demam typhoid?

a.       Jawab : Memberikan diet tinggi serat, tirah baring, hygine diperhatikan terutama mulut, frekuensi makan sedikit tapi sering, makanan lunak.

10.  Bagaimana penularan bakteri salmonella?

a.       Jawab : Air yg sudah terkontaminasi bakteri, alat yg terkontaminasi bakteri salmonella, tidak mencuci tangan, tinja & urin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.    TUJUAN BELAJAR/ LO

Demam Typhoid  :

1.      Untuk mengetahui Definisi

2.      Untuk mengetahui Etiologi

3.      Untuk mengetahui Patofisiologi

4.      Untuk mengetahui Manifestasi klinis

5.      Untuk mengetahui Penatalaksanaan medis & non medis

6.      Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang

7.      Untuk mengetahui Pengobatan

8.      Untuk mengetahui Komplikasi

9.      Pathways

10.  Asuhan Keperawatan

 

E.     INFORMASI TAMBAHAN

PATHWAYS DEMAM TYPHOID

 

pathway.jpg

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

A. DEFINISI DEMAM TYPHOID

Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono,2010). Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah  penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit  multi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Muttaqin, A & Kumala, S. 2011).

Demam typhoid atau Typhoid Fever ialah suatu sindrom sistemik terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis.Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. paratyphi C). Demam Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain (Widagdo, 2011).

B. EPIDEMIOLOGI DEMAM TYPHOID

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia, secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemis (Putra A., 2012).

Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah endemis berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Tahun 2003 insidens rate demam tifoid di Bangladesh 2.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate demam tifoid di negara Eropa 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk dan di Asia 274 per 100.00 penduduk (crum,2004). Indisens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000 – 1.500.000 penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%.

C. ETIOLOGI DEMAM TYPHOID

Menurut Widagdo (2011), penyebab dari demam typhoid adalah salmonella typhi, termasuk dalamgenus salmonella yang tergolong dalam famili enterobacteriaceae. Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/ minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja.

 Salmonela mati pada suhu 54.4º C dalam 1 jam, atau 60º C dalam 15 menit. Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat anti gen Vi yaitu poli sakarida kapsul.

Menurut Sodikin (2011), penyebab penyakit demamtyphoid adalah jenis salmonella thyposha, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1.        Hasil gram negatif yang bergerarak dengan bulu getar dan tidak                 berspora.

2.        yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoriun pasien, biasanya terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, motil,berkapsul dan mempunyai flagela (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi (Rahayu E., 2013).

Manusia terinfeksi Salmonella typhi secara fekal-oral. Tidak selalu Salmonella typhi yang masuk ke saluran cerna akan menyebabkan infeksi karena untuk menimbulkan infeksi, Salmonella typhi harus dapat mencapai usus halus. Sekitar 3-5 persen orang menjadi pembawa bakteri setelah terinfeksi. Sedangkan orang lain yang terinfeksi mampu menderita penyakit yang sangat ringan bahkan tidak tampak sakit. Orang-orang ini dapat menjadi operator bakteri jangka panjang (penular bakteri) meskipun mereka tidak memiliki gejala dan menjadi sumber wabah baru demam tifoid selama bertahun-tahun. Orang yang terinfeksi penyakit akut dapat mencemari pasokan air di sekitarnya.

   D. PATOFISIOLOGI DEMAM TYPHOID

Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di telan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi kejarinagn limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan limfoid mesenterika.Kemudian salmonella typhi masuk melalui folikel limfa ke saluran limphatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa (Curtis, 2006 dalam Muttaqin & Sari, 2011).

Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plakpeyer yang ada disana.Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan.Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis (Brusch, 2009 dalam Muttaqin & Sari, 2011).

Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini di sebut demam interminten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dpat pula terjadi sebalinya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada ERS seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali, dan hepatomegali (Chaterjee, 2009 dalam Muttaqin & Sari, 2011).

Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai usus halus, Salmonella typhi akan ditangkap oleh makrofag di usus halus dan memasuki peredaran darah, menimbulkan bakteremia primer. Selanjutnya, Salmonella typhi akan mengikuti aliran darah hingga sampai di kandung empedu. Bersama dengan sekresi empedu ke dalam saluran cerna, Salmonella typhi kembali memasuki saluran cerna dan akan menginfeksi Peyer’s patches, yaitu jaringan limfoid yang terdapat di ileum, kemudian kembali memasuki peredaran darah, menimbulkan bakteremia sekunder. Pada saat terjadi bakteremia sekunder, dapat ditemukan gejala-gejala klinis dari demam tifoid (Salyers dan Whitt,2002)

E.     TANDA DAN GEJALA

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan – lahan terutama pada sore hari hingga malam hari. (Perhimpunan Dokter Spesial Penyakit dalam Indonesia, 2014)

Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal ( gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas ) yaitu:

1.        Perasaan tidak enak badan

 

2.        Nyeri kepala

 

3.        Pusing

 

4.        Diare

 

5.        Anoreksia

 

6.        Batuk

 

7.        Nyeri otot

 

8.        Muncul gejala klinis yang lain

           Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari. Minggu kedua : demam terus. Minggu ketiga : demam mulai turun secara berangsur-angsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaituditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu apatis-samnolen. Gejala lain ”RESEOLA” ( bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit ) ( Kapita selekta, kedokteran, jilid 2 ).

 

F.     KOMPLIKASI

Menurut Sudoyo (2010), komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:

1.  Komplikasi Intestinal

a.        Perdarahan Usus

Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

b.        Perforasi Usus

Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.

2.  Komplikasi Ekstraintestinal

a.        Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

b.        Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

c.        Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis.

d.        Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.

e.        Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

f.         Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.

g.        Komplikasi    neuropsikiatrik:     delirium,    meningismus,     meningitis, polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.

 

G.  PENATALAKSANAAN

1.        Tirah baring atau bed rest.

2.        Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan),     

       kecuali komplikasi pada intestinal.

               3. Obat-obat :

a.        Antimikroba :

·         Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv

·         Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral

·         Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.

·         Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.

Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.

b.        Antipiretik seperlunya

c.        Vitamin B kompleks dan vitamin C

                4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium.

   a. Pemeriksaan Leukosit.

Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.

   b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT.

Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh dari demam typhoid.

   c. Tes Widal.

Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam typhoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typhoid.

Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam typhoid.

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM THYPOID

A. Pengkajian

 Identitas klien

  Nama                         : An.X

  Umur                         : 8 tahun

  Pekerjaan                   : -

  Alamat                      : Gamping

2)      Keluhan utama :

Demam sejak 7 hari yang lalu khususnya sore dan malam hari.

3)      Riwayat penyakit sekarang :

Anak pusing,lemas dan mual. Sudah 4 hari tidak bisa buang air besar. Anak mengeluh nyeri pada perut

4)      Riwayat penyakit dahulu : -

5)      Riwayat penyakit keluarga : -

6)      Pola-pola fungsi kesehatan

a)      Pola nutrisi dan metabolisme

Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual  saat makan  sehingga makan hanya sedikit (3 sendok perhari)

b)      Pola eliminasi

Klien mengalami konstipasi,karena sudah 4 hari tidak buang air besar serta merasakan nyeri pada bagian perut.

c)      Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu. Klien juga mengatakan bahwa jika beraktivitas turun dari tempat tidur anak akan menjadi demam.

 

d)     Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

e)      Pola persepsi dan konsep diri

Keluarga pasrah menerima hospitalisasi anaknya dan menganggapnya sebagai takdir Tuhan.

f)       Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien. 

g)      Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.

h)      Pola penanggulangan stress : -

7)      Pemeriksaan fisik

a)      Keadaan umum

BB = 20 kg, TB = 120 cm, TTV : suhu = 39oc , Nadi = 98x/menit , tekanan darah = 110/70 mmHg

b)      Tingkat kesadaran

 Sadar penuh (compos mentis)

c)      Sistem respirasi

Respirasi = 24x/menit (Normal)

d)     Sistem kardiovaskuler

Haemohlobin,Haematokrit trombosit dan leukosit  dalam batas normal

e)      Sistem integumen

Turgor kulit kembali segera.

f)       Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut lembab, lidah kotor (khas), mual, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak.

h)      Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen.  Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

B. Diagnosa Keperawatan

1.  Hipertermi berhubungan dengan penyakit.

2. Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake  

    yang tidak adekuat.

4. Kontipasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak mencukupi.

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan

        1.  Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal

        2.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake 

             yang tidak adekuat.

        3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D. FORMAT ANALISA DATA

NO

Sign & Sympton/ data

Problem

Etiologi

1

Ds : - Anak mengatakan nyeri pada perut.

- Anak sudah 4 hari tidak buang air besar

Ds : - Sadar penuh ( compos mentis)

- Anak tampak lemah

           Nyeri akut

     Saluran gastrointestinal

2

Ds : - Orang tua anak mengatakan anak hanya makan sedikit dalam 3 hari ini tiap makan hanya habis 3 sendok

- Anak mengeluh pusing, lemas dan mual

Ds : - Sadar penuh

- Lidah kotor

- Anak tampak lemah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Intake yang tidak adekuat

3

Ds : - Orang tua anak mengatakan anak menderita demam sejak 7 hari yang lalu, khususnya sore dan malam hari

- Jika beraktivitas turun dari tempat tidur, anak menjadi demam.

Do : - Suhu : 39oC

- Haemoglobin : 12,2 gr/dl

- Leukosit : 9500/ui

-Salmonella typhi O = 1/160

-Salmonella typhi H = 1/80

Salomenlla paratyphi = 1/80

Hipertermi

Penyakit

 

 

E. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO

Hari/

Tanggal

Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Rasionalisasi

Tujuan (NOC)

Intervensi (NIC)

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, pasien mencapai kontrol nyeri dengan indikator :

- mengurangi nyeri 1 menjadi 3

- mengenali kapan terjadi nyeri 1 menjadi 3

-menggunakan tindakan pencegahan 1 menjadi 2

- menggunakan tindakan pengurangan tanpa analgesik 1 menjadi 3

-menggunakan analgesik yang di rekomendasikan 1 menjadi 2

 

 

 

 

 

 

 

Aktivitas- aktivitas (1400)  

-  Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi kualitas , intensitas atau beratnya nyeri

- Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya : farmakologi, non formakologi dan interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan kebutuhan

- Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri

- Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

- Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat

- Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri

Untuk mengurangi rasa nyeri serta memberikan kenyamanan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

 

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Setelah dilakukan asuhan keperawtan selama 3x24 jam pasien mencapai status nutrisi dengan indikator :

- Asupan nutrisi via oral 2 menjadi 4

- Energi 2 menjadi 4

- Asupan karbohidrat,protein kalori dan vitamin 2 menjadi 4

 

Aktivitas-Aktivitas (1100) – Tentukan status gizi pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi

-Tentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

- Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat

- Monitor asupan makanan dan kalori

-Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok

Untuk membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien agar seimbang

3

 

Hipertermi berhubungan dengan penyakit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pasien mencapai masalah Hipertermi dengan indikator :

- Penurunan suhu 2 menjadi 4

- Penurunan suhu kulit 2 menjadi 4

- Melaporkan kenyamanan suhu 2 menjadi 4

Aktivitas-aktivitas (3900,

- Monitor suhu paling tidak 2 jam sekali, sesuai kebutuhan

- Monitor dan laporkan adanya gejala hipertermi

- Monitor asupan dan keluaran , sadari perubahan kehilangan yang tak dirasakan

- Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas

 

Untuk memberikan kenyamana dan pencegahan saat terjadi demam kembali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

HARI / TANGGAL

IMPLEMENTASI

EVALUASI

1

Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal

 

Selasa,8 Mei 2018

Pukul 08.30 WIB

 

Pukul 9.30 WIB

 

 

 

 

 

 

Pukul 11.00 WIB

 

 

Pukul 13.00 WIB

Pukul 13.00 WIB

 

Pukul 15.00 WIB

-  Melakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi kualitas , intensitas atau beratnya nyeri

- Memilih dan Mengimplementasikan tindakan yang beragam (misalnya : farmakologi, non formakologi dan interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan kebutuhan

- Mengurangi atau mengeliminasi faktor-faktor yang dapat yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri

- Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

- Menggunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat

- Mendorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri

S : Pasien mengatakan nyeri pada perut dan sudah tidak BAB selama 4 hari

O : Anak tampak lemah dan kesadaran compos mentis

A : Masalah keperawatan Nyeri akut teratasi sebagian

P : Akan dilakukan pengkajian kembali terkait rasa nyeri yang dirasakan selama 2x24 jam kedepan

2

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Selasa, 8 Mei 2018

Pukul 08.30 WIB

Pukul 9.30 WIB

 

 

 

Pukul 11.00 WIB

Pukul 13.00 WIB

– Menentukan status gizi pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi

-Menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

- Memberikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat

- Memonitor asupan makanan dan kalori

-Membantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok

S : Orang tua mengatakan anak hanya makan sedikit dalam 3 hari ini tiap makan hanya habis 3 sendok

O : Sadar penuh dan anak tampak lemah

A : Masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi sebagian

P : Akan dilakukan monitor terkait status gizi dan intake nutrisi kepada pasien

3

Hipertermi berhubungsn dengan penyakit

Selasa, 8 Mei 2018

Pukul  08.30 WIB

Pukul  09.30 WIB

 

Pukul 13.00 WIB

 

- Memonitor suhu paling tidak 2 jam sekali, sesuai kebutuhan

- Memonitor dan laporkan adanya gejala hipertermi

- Memonitor asupan dan keluaran , sadari perubahan kehilangan yang tak dirasakan

- Memfasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas

 

S : Orang tua anak mengatakan anak menderita demam sejak 7 hari yang lalu, khususnya sore dan malam hari

O : Suhu tubuh 39oC

A : Masalah keperawatan Hipertermi teratasi sebagian

P : Akan dilakukan monitor suhu selama 2x24 jam kedepan

 

       BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah  penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit  multi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Muttaqin, A & Kumala, S. 2011).  Menurut Widagdo (2011), penyebab dari demam typhoid adalah salmonella typhi, termasuk dalamgenus salmonella yang tergolong dalam famili enterobacteriaceae. Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di telan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi kejarinagn limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini di sebut demam interminten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunnya dapat mencapai normal).

 

B. SARAN

            Penatalaksanaan pada pasien dengan demam thypoid ini harus dilakukan dengan semaksimal mungkin agar tidak terjadi komplikasi yang berlanjut seperti perdarahan usus dan perforasi usus yang dapat menyebabkan kegawatan pada pasien. Asuhan keperawatannya juga harus sesuai dengan kondisi kegentingan yang ada pada pasien tersebut, yaitu prioritas diagnosa yang ditegakan harus sesuai dengan apa yang harus di prioritaskan. Pasien dengan demam thypoid ini memiliki tingkat anoreksia yang tinggi sehingga menyebabkan intake asupan nutrisi kepada pasien akan berkurang kemudian akan menjadi ketidakseimbangan nutrisi pada pasien.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

-. (2016, - -). resipatory umy. Retrieved mei 10, 2018, from resipatory.umy.ac.id:  http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15544/6.BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y

hidayat, I. n. (2016, - -). ump website. Retrieved mei 10, 2018, from resipatory.ump.ac.id: http://repository.ump.ac.id/1088/3/ISNAENI%20NURUL%20HIDAYATI%20BAB%20II.pdf

 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar